Panglima ABRI 1983 – 1988
Leonardus Benyamin Moerdani saat muda
------------
Leonardus
Benyamin Moerdani, atau L.B. Moerdani, atau kerap disebut Benny Moerdani (lahir
di Cepu, Blora, Jawa Tengah, 2 Oktober 1932 – meninggal 29 Agustus 2004 pada
umur 71 tahun) adalah salah satu tokoh militer Indonesia yang terkenal pada
masanya. Benny Moerdani dikenal sebagai perwira TNI yang banyak berkecimpung
didunia intelijen, sehingga sosoknya banyak dianggap misterius. L.B. Moerdani
merupakan perwira yang ikut terjun langsung di operasi militer penanganan
pembajakan pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 206 di Bandara Don Mueang,
Bangkok, Kerajaan Thai pada tanggal 28 Maret 1981, peristiwa yang kemudian
dicatat sebagai peristiwa pembajakan pesawat pertama dalam sejarah maskapai
penerbangan Republik Indonesia dan terorisme bermotif jihad pertama di
Indonesia. Dalam posisi pemerintahan, selain sebagai Panglima ABRI, beliau juga
pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dan juga Pangkopkamtib.
Karier
militer
[2]
Moerdani mulai mengangkat senjata sebagai Tentara Pelajar saat masih 14 tahun.
Sebagai anak muda yang belum berpengalaman, beliau nyaris tewas dua kali saat
pletonnya diserang dari sisi dan saat melarikan diri di Sekarpace. Dua kakaknya
juga turut berjuang, salah satunya menjadi pasukan pengawal Slamet Rijadi.
Jenderal LB Murdani saat di lantik
menjadi Pangab oleh Presiden Soeharto, menggantikan Jenderal TNI M Yusuf. Source
Image, salam-online.com
-------------
[1] Setelah penyerahan kedaulatan, Moerdani
melanjutkan sekolah dan masuk sekolah kader infanteri TNI-AD. Dia direkrut
dalam kompi Kesatuan Komando Angkatan Darat. Satu-satunya kompi komando
tersebut memerangi DI/TII, terjun di PekanBaru dan Padang memerangi PRRI, dan
melakukan operasi amfibi di Menado memerangi Permesta. Moerdani kembali nyaris gugur
saat jeepnya ditembak bazooka. Setelah mengikuti sekolah lanjutan di Amerika,
Mayor Moerdani memimpin pasukan gabungan RPKAD dan Kostrad terjun dalam Operasi
Naga di Irian Jaya, dalam operasi ini beliau nyaris gugur lagi saat pasukannya
disergap marinir Belanda dan Moerdani diincar penembak runduk (sniper).
Moerdani juga memerangi pasukan Inggris di konfrontasi Malaysia. Kelak setelah
menjadi Panglima TNI, Moerdani mengunjungi markas SAS di Inggris dan baru
diberitahu beliau juga pernah dibidik sniper SAS saat menyusuri sungai dengan
sampan.
[1] Kariernya di RPKAD terhenti karena
perselisihan dengan Jenderal Ahmad Yani mengenai kelanjutan karier anak buah
Moerdani yang terluka. Moerdani masuk Kostrad dan oleh Letkol Ali Moertopo
ditugaskan sebagai perwira inteljen di Bangkok. Moerdani menjalin kontak dengan
Malaysia untuk menjembatani perdamaian. Karier inteljen dilanjutkan menjadi
atase di Korea. Setelah kejadian Malari, Moerdani dipanggil Soeharto kembali ke
Jakarta menjadi Brigjen untuk memegang komando inteljen. Penugasan
kontroversial adalah operasi terselubung menjelang Operasi Seroja. Nama
Moerdani terkenal saat berhasil membujuk pemerintah Kerajaan Thai (yang beliau
kenal saat menjadi perwira inteljen di Bangkok) untuk mengizinkan operasi militer
Den81 menyerang pesawat Woyla.
Peristiwa
Tanjung Priok
Kontroversi
Moerdani dalam keterlibatannya dalam Peristiwa Tanjung Priok pernah membuat
Moerdani diadili di mahkamah militer dalam skandal militer Indonesia di kala
rezim Orde Baru.
HUT
Bhayangkara 1 JULI 1991:
Kapolri Jenderal Drs Pol Kunarto (kanan)
bersama Menhankam Jenderal TNI ( Purn ) LB Moerdani (kiri) dan Panglima ABRI
Jenderal TNI Try Soetrisno (tengah).
FOTO: DOKUMENTASI KOMPAS/ROBERT ADHI KSP
------------
Perselisihan
dengan Soeharto
[1] Dalam buku 'Tragedi Seorang Loyalis', saat
menjabat Panglima ABRI Moerdani memberi komentar mengenai bisnis anak-anak
Soeharto. Soeharto marah dan mecopot jabatan Moerdani. [3] Dalam buku Sintong
Panjaitan (komandan Den81 yang menyerbu Woyla), disebutkan Kapten Prabowo
Subianto (menantu Soeharto) pernah merencanakan menculik Moerdani karena
tuduhan makar. Prabowo Subianto tidak memberi komentar mengenai peristiwa ini
dalam bukunya.
Referensi
[1] Pour, Julius. Benny: Tragedi Seorang
Loyalis Kata Hasta Pustaka (first published 1993)
[2] Pour, Julius. Ign. Slamet Rijadi: Dari
Mengusir Kempeitai Sampai Menumpas RMS 2008 by Gramedia
[3] Subroto, Hendro. Sintong Panjaitan,
Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Gramedia 2009